Senin, 10 Januari 2011

PELAYANAN PUBLIK : Mahalnya Tiket Dikala Mepet



Bismillah.

Libur telah tiba, libur telah tiba, horay horay horay (Jakarta, 29|12|2009)

Tak terasa liburan tengah semester yang bertepatan dengan libur natal dan tahun baru telah datang, mahasiswa berhamburan menuju stasiun,terminal, maupun bandara. tak berbeda dengan kampus lain, kampus saya juga demikian. Sore hari selepas kuliah terakhir tahun itu saya bersama teman-teman yang satu jurusan mudik melenggang menuju tanah abang, berjudi dengan waktu berharap masih ada tiket kereta ekonomi tersisa untuk bertemu dengan keluarga di kampung.

Berangkat dari kampus menuju st. pondok ranji sekitar pukul 3 sore, krl ac ekonomi ciujung pun datang menjemput setengah jam kemudian. Setibanya di stasiun tanah abang, bak menyemut, para pemudik memadati tanah abang dengan berbagai kondisi. Panik, santai, dan waspada. Kami langsung menuju loket jurusan stasiun Jebres-Solo untuk berusaha mendapatkan tiket KA Bengawan yang padat, meskipun sudah dipastikan tidak ada lagi tiket duduk yang tersisa kami berjuang mendapatkan tiket bebas yang kabarnya dibuka. Petang menjelang loket ditutup walaupun pemudik masih banyak yang antri, termasuk kami yang sialnya juga tidak dapat tiket.

Hening diantara kami bertujuh, berpikir untuk nekat naik meskipun tanpa tiket, dan akhirnya mengurungkan niat tersebut. Beberapa saat kemudian, seorang petugas stasiun datang dan menawarkan kepada salah seorang diantara kami beberapa tiket KA yang tadi sudah dibilang "habis". Tujuh puluh ribu rupiah pas dia tawarkan untuk satu tiket, dengan bahasa layaknya calo-calo pada umumnya namun kali ini berseragam lengkap. Salah satu teman kami sempat menawar, namun harga tidak bisa turun. Walaupun begitu petugas tersebut terus mengejar kami, mungkin karena tahu kami mahasiswa yang butuh sekali tiket tersebut. Salah satu teman kami lalu membentak petugas tersebut hingga akhirnya petugas itu berhenti dan pergi meninggalkan kami.
Harga yang mahal di saat mepet, bukan karena hukum permintaan normal yang berlaku saat itu tapi karena kesempatan yang ada dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mengambil keuntungan, tidak peduli berseragam atau tidak, fenomena calo tiket nampaknya masih banyak dijumpai di negeri ini. Parahnya lagi, yang menjadi sasaran adalah sektor-sektor strategis dimana masyarakat ekonomi bawah banyak memperebutkannya, seperti tiket KA ekonomi, tiket bus di terminal, dan proses pembuatan KTP. Walaupun pada akhirnya kami dapat mudik malam itu juga dengan bersusah payah naik kereta jurusan Jogja dari st.senen, namun kami lebih menikmatinya.